Making Love Bersama Mantan Sampai Lemas
“Kemana saja sih lo Rg? Gue benar-benar kangen deh sama lo”, aku mulai membuka pembicaraan. “Ah yang benar…?” jawab Rgn. “Elo sekarang lagi deket sama siapa?” tanyaku. Rgn menjawab “Ada lah…, namanya Ptt”. Aku bertanya lagi “Elo sudah ngapain saja sama dia?”
“Kok lu nanyanya gitu sih?” ujar Rgn. Aku menjawab “habis waktu gue pacaran sama lu dulu kan nggak lebih dari pas foto doang (cuma ciuman sama megang-megang buah dada), tiap tangan gue mau kebawah, lu tarik lagi ke atas”, Rgn terdiam.
Lalu mulailah ia menceritakan bahwa karena pergaulan ia sempat ikut-ikutan dengan teman-temannya sewaktu di SMA swasta. Lalu salah seorang temannya menggunakan kesempatan pada saat Rgn sedang setengah fly, temannya itu memerawaninya.
Aku terdiam mendengar ceritanya. Lalu dengan sangat hati-hati aku berkata kepada Rgn. “Dari dulu gue sudah bilang sama lu, waktu lu mutusin gue, hati-hati jaga diri lu, jangan ikut-ikutan teman-teman lu yang nggak benar, nanti lu dikerjain sama teman lu sendiri, dan ternyata benar kan?” Lalu Rgn menjawab “Iya lo Eml, coba gue dengerin kata-kata lu waktu itu ya”.
Lalu aku berkata “Ya sudah, yang sudah ya sudah, sekarang lu nyesel nggak?” Rgn menjawab “Gue nyesel bukan karena gue sudah nggak perawan lagi, tapi gue nyesel karena perawan gue hilang dengan cara yang gue nggak rela, dan perawan gue hilang bukan dengan orang yang benar-benar gue sayangin, kenapa perawan gue hilang bukan sama lu, kenapa lu gue putusin waktu itu”. Aku terdiam, dia pun terdiam.
Kemudian aku berkata untuk memecahkan suasana yang agak mendung “Ya sudah deh, nggak usah di seselin Rgn, sekarang gue menuntut keadilan nih, gue pengen ngerasain juga nih making love sama lu…” Rgn menatapku dalam. Dengan cepat aku langsung berkata “Nggak kok Rg…, becanda”. Tanpa kuduga Rgn tersenyum, dan ia berkata “Boleh…” Aku tersentak, kaget, senang, tidak percaya.
Aku bertanya “benar nih Rg?”, dan ia hanya tertawa kecil. Kemudian aku raih wajahnya, dengan sangat perlahan-lahan aku dekatkan wajahku ke wajahnya, lalu aku cium bibirnya sejenak, lalu aku tarik lagi wajahku agak menjauh. Aku rasakan hatiku tergetar, bibirku pun kurasakan tergetar, begitu juga dengan bibirnya. Lalu aku tersenyum, dan ia pun tersenyum.
Kemudian mulailah kami cerita ngalor ngidul, tentang hubungannya dengan Ptt pacarnya, tentang betapa ia dan pacarnya itu sudah sangat jauh hubungannya. Dan aku pun menceritakan tentang diriku. Sampai pada suatu saat, entah bagaimana mula ceritanya, tiba-tiba aku bertanya kepada Rgn. “Rgn, tapi jangan marah ya…! Gua mau tanya, barangnya Ptt gede nggak?” Rgn agak terperengah lalu Rgn tersenyum, dan berkata “Apa-apaan sih lu, kok nanya begituan segala?”.
Aku berkata “Serius nih, gue pengen tau?” Rgn bilang sambil malu-malu kucing “Tauk ah!”. Lalu aku berkata padanya “Oke, lu bilang kan lu sudah jauh berhubungan sama Ptt, nah pasti lu kan sudah pernah dong liat punyanya Ptt”. Lalu Rgn sambil tertawa kecil menjawab “Iya sudah…”. Lalu ia berkata “Tapi kan gue belom pernah liat punya lo Ml”. Lalu aku berkata “Nah, sekarang gue kasih liat nih ya”.
Belum sempat Rgn bereaksi apa-apa tanpa ragu-ragu aku buka zipper (retsletting) celanaku, lalu aku pelorotkan celanaku dan celana dalamku sampai sebatas lutut. Aku mendengar Rgn terkejut “Eml… Gilaa!!!.. Itu… apaan tuh?.. Astaga Eml… Guede buanget barang lo?!.. Keker, melengkung ke atas lagi…, itu urat-uratnya saja ampe nonjol-nonjol kayak gitu… iihh ngeri ah…”
Aku hanya tertawa, dan berkata “Ah masak sih Rg segini gede?” Lalu Rgn berkata “Ya ampun… Eml, mati deh gue kalau begituan sama lu dengan barang lo yang segede gini, sudah pernah lu ukur belom barang lo Eml? Wah!.. pasti cewek lo ngejerit kalau digituin sama lu dong?..”
Aku menjawab “sudah sih, panjangnya sih gue ukur 17 cm kurang 3 mili, terus garis tengahnya sekitar hampir 3 cm”. Terdengar lagi Rgn berkata “Gila… gila…”. Lalu aku berkata “sudah deh, sekarang gedean mana sama Ptt?” Lalu Rgn menjawab “Ya ampun Eml, kalau kayak gini mah Ptt nggak ada apa-apanya”.
Lalu aku bertanya lagi kepada Rgn “Nah sekarang boleh nggak gue minta jatah gue nih?” Rgn terdiam. Akhirnya dengan setengah berbisik namun yakin dan mantap Rgn berkata “Boleh deh” Lalu ia tersenyum dan berkata lagi “Tapi nanti masukinnya pelan-pelan ya Ml, gue takut, sakit”, dan aku pun mengangguk dengan segera.
Singkat cerita, kami berdua pindah ke bangku belakang (tengah), dengan pakaian yang sudah terlucuti masing-masing. Aku cium kening Rgn terlebih dahulu, kemudian kedua matanya, hidungnya, kedua pipinya, lalu bibirnya. Rgn terpejam dan kudengar nafasnya mulai agak terasa memburu, kami berdua terbenam dalam ciuman yang hangat membara.
Aku arahkan mulutku ke lehernya, ke pundaknya, lalu turun ke buah dadanya yang dari sejak pacaran dulu bagiku buah dada Rgn adalah buah dada yang terindah, besar, montok, kencang, ukuran 36B, dengan puting yang agak memerah. Aku mainkan lidahku di puting kedua buah dadanya yang mulai mengeras.
Yang kiri… lalu yang kanan… Terdengar ucapan Rgn “Eml, lu tau saja kelemahan gue, gue paling nggak tahan kalau dijilat payudaranya…, aahh…” Aku pun sudah semakin asyik mencumbu dan menjilati puting buah dadanya, lalu ke perutnya, pusarnya, dan tiba-tiba aku berhenti, lalu aku bertanya kepada Rgn “
Rg lu sudah pernah belom dijilatin itu lo? Rgn menjawab “Belom…, kenapa?..” Aku menjawab “Mau nyoba nggak?”. Rgn mengangguk perlahan. Takut ia berubah pikiran, tanpa menunggu lebih lama lagi langsung aku arahkan mulutku ke kemaluan Rgn yang bulunya lebat, dan kelentitnya yang memerah dan baunya yang khas.
Aku keluarkan ujung lidahku yang lancip lalu kujilat dengan lembut kelentit Rgn. Beberapa detik kemudian kudengar desahan panjang dari Rgn “sstt… aahh!!!” Lalu ia berkata “aahh… Eml… gila nikmat benar…, gila… gue baru ngerasain nih nikmat yang kayak gini… aahh…, gue nggak tahan nih…, sudah deh…”
Lalu dengan tiba-tiba ia menarik kepalaku lalu dengan tersenyum ia memandangku. Tanpa aku duga ia menyuruhku untuk bersandar ke bangku, dengan sigapnya tangannya menggapai kemaluanku yang sudah menegang dan membesar dari tadi. Lalu ia memasukkan batang kemaluanku yang besar dan melengkung kedalam mulutnya. aahh… kurasakan kehangatan lidah dalam mulutnya.
Lalu aku berkata “Aduh Rg, jangan kena gigi dong… sakit, nanti lecet…” Lalu sambil kuperhatikan wajahnya, lidahnya sibuk menjilati kepala kemaluanku yang keras, ia jilati melingkar, ke kiri…, ke kanan…, lalu dengan perlahan ia tekan kepalanya ke arahku berusaha memasukkan kemaluanku semaksimal mungkin kedalam mulutnya.
Namun hanya seperempat dari panjang kemaluanku saja kulihat yang berhasil terbenam dalam mulutnya. Sampai terdengar suara “Ohk!.. aduh Eml, cuma bisa masuk seperempat…” Lalu aku menjawab “Ya sudah Rg, sudah deh jangan dipaksain, nanti lu muntah…”
Ku tarik tubuhnya, dan kurebahkan ia di bangku belakang (tengah) Kijang Roverku. Lalu ia membuka pahanya agak lebar, terlihat samar-samar olehku kemaluannya sudah mulai lembab dan agak basah. Lalu aku pegang batang kemaluanku, aku arahkan ke lubang kemaluannya. Aku rasakan kepala kemaluanku mulai masuk perlahan, aku tekan lagi agak perlahan, kurasakan sulit kemaluanku menembus lubang kemaluannya.
Aku dorong lagi perlahan, ku perhatikan wajah Rgn dengan matanya yang tertutup rapat, ia menggigit bibirnya sendiri, kemudian berdesah berkata “sstt… aahh…, Eml, pelan-pelan ya masukinnya, sudah kerasa agak perih nih…” Dan aku pun dengan perlahan tapi pasti kudesak terus batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Rgn, aku berupaya untuk dengan sangat hati-hati sekali memasukkan batang kemaluanku ke lubang kewanitaan Rgn.
Aku sudah tidak sabar, pada suatu saat aku kelepasan, aku dorong batang kemaluanku agak keras, dan terdengar dari kemaluanku Rgn suara “Srrph!” Aku lihat ke arah batang kemaluanku dan kemaluan Rgn, tampak olehku batang kemaluanku baru setengah terbenam kedalam kemaluannya. Rgn tersentak kaget, dan aku pun demikian.
Lalu Rgn bertanya “Aduh Eml, suara apaan tuh?” Aku menjawab dan menenangkan Rgn “Nggak apa-apa, sakit nggak?” Lalu Rgn menjawab “Sedikit…” Lalu aku berkata “Tahan ya.., sebentar lagi masuk kok…” dan kurasakan lubang kemaluan Rgn sudah mulai basah dan agak hangat. Ini menandakan bahwa lendir dalam kemaluan Rgn sudah mulai keluar, dan siap untuk berpenetrasi.
Akhirnya aku desakkan batang kemaluanku dengan cepat dan tiba-tiba agar Rgn tidak sempat merasakan sakit, dan ternyata usahaku berhasil, aku lihat wajah Rgn seperti orang yang sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa, matanya setengah terpejam, dan sebentar-sebentar kulihat mulutnya terbuka dan mengeluarkan suara “sshh… sshh…” Lidahnya terkadang keluar sedikit membasahi bibirnya yang sensual…
Aku pun merasakan nikmat yang luar biasa. Ku tekan lagi batang kemaluanku, kurasakan di ujung kemaluanku ada yang mengganjal, ku perhatikan batang kemaluanku, ternyata sudah masuk tiga perempat kedalam lubang kemaluan Rgn, ko coba untuk menekan lebih jauh lagi, ternyata sudah mentok…, kesimpulannya, batang kemaluanku hanya dapat masuk tiga perempat lebih sedikit ke dalam lubang kemaluan Rgn.
Dan Rgn pun merasakannya. Ini aku ketahuai karena Rgn pun berkata kepadaku “Aduh Eml, sudah mentok, jangan dipaksain teken lagi, perut gue sudah kerasa agak eneg nih, eneg-eneg nikmat…, gila…, aduh…, barang lo gede banget sih Ml…”
Aku mulai memundur-majukan pantatku, sebentar kuputar goyanganku ke kiri, lalu ke kanan, memutar, lalu kembali ke depan ke belakang, ke atas lalu ke bawah. Kurasakan betapa nikmat rasanya kemaluan Rgn, dalam benak pikiranku ternyata lubang kemaluan Rgn masih sempit, ini mungkin karena ukuran batang kemaluanku yang menurut Rgn besar, panjang dan kekar.
Lama kelamaan goyanganku sudah mulai teratur, perlahan tapi pasti, dan Rgn pun sudah dapat mengimbangi goyanganku, kami bergoyang seirama, berlawanan arah, bila kugoyang kekiri, Rgn goyang kekanan, bila kutekan pantatku Rgn pun menekan pantatnya.
Namun itu semua aku lakukan dengan perlahan namun teratur dan pasti, karena aku sadar betapa besar batang kemaluanku untuk Rgn, aku tidak mau membuatnya menderita kesakitan. Dan usahaku ini berjalan dengan mulus. Sesekali kurasakan jari jemari Rgn merenggut rambutku, sesekali kurasakan tangannya mendekapku dengan erat.
ubuh kami berkeringat dengan sedemikian rupa dalam ruangan mobil yang mulai panas, namun kami tidak peduli, kami sedang merasakan nikmat yang tiada tara pada saat itu. Aku terus menggoyang pantatku kedepan kebelakang, keatas kebawah dengan teratur sampai pada suatu saat dimenit ke dua puluh kalau aku tidak salah,
Rgn berkata “Aahh Eml…, agak cepet lagi sedikit goyangnya…, gue kayaknya sudah mau keluar nih…” Rgn mengangkat kakinya tinggi, melingkar di pinggangku, menekan pantatku dengan erat dan beberapa menit kemudian semakin erat…, semakin erat…,
tangannya sebelah menjambak rambutku, sebelah lagi mencakar punggungku, mulutnya menggigit kecil telingku sebelah kanan, lalu terdengar jeritan dan lenguhan panjang dari mulutnya memanggil namaku “Eml… aahh… mmhhaahh… Aahh…”. Kurasakan lubang kemaluannya hangat, menegang dan mengejut-ngejut menjepit batang kemaluanku, aahh… gila… ini nikmat sekali… baru kurasakan sekali ini lubang kemaluan bisa seperti ini.
Tak lama kemudian aku tak tahan lagi, kugoyang pantatku lebih cepat lagi keatas kebawah dan…, tubuhku mengejang… lalu Rgn berseru “Eml…, cabut…, keluarin di luar…”. Dengan cepat kucabut batang kemaluanku lalu sedetik kemudian kurasakan kenikmatan luar biasa, aku menjerit tertahan “aahh… ahh…” Aku mengerang tertahan “Ngghh… ngghh…”
Aku pegang batang kemaluanku sebelah tangan dan kemudian kurasakan muncratnya air maniku dengan kencang dan banyak sekali keluar dari batang kemaluanku, crot… crot… crot… crot… crot… crot… crot… crot… crot…, sebagian menyemprot wajah Rgn, sebagian lagi ke payudaranya, kedadanya, terakhir keperut dan pusarnya… Kami terkulai lemas berdua setelah crot, sambil berpelukan, lalu kudengar Rgn berkata